Transformasi digital yang terjadi secara masif membawa tantangan tersendiri dan dibutuhkan keterlibatan semua pihak, seperti pemerintah, korporasi, dan masyarakat. Ditambah lagi tantangan baru yang akan dihadapi Indonesia dengan hadirnya era industry 5.0 yang akan membawa perubahan dan perkembangn yang lebih luas dalam berbagai aspek kehidupan.
Di seluruh dunia saat ini sedang mempercepat transformasi digital. Karena transfromasi digital memberikan harapan baru untuk survive, terutama menghadapi tantangan era industry 5.0,” kata Yusrin Ahmad Tosepu ketua Kajian Data dan Informasi Digital Kavita Media juga ketua tim studi, kajiam riset LSP3I pusat Makassar, melalui webinar yang bertajuk Tantangan Transformasi Digital dalam Songsong Era Industri 5.0, Makassar, Selasa (24/8/2021).
Menurut Yusrin, untuk mempercepat transformasi digital di Indonesia perlu percepatan perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital, seperti penyediaan layanan internet secara merata di seluruh wilayah Indonesia. Serta, terkait perencanaan transformasi digital, perlu dipersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan SDM, regulasi, pendanaan, dan lain sebagainya.
“Pesatnya perkembangan digital di Indonesia, pengguna internet yang semakin bertambah di setiap pelosok negeri. Dibutuhkan kontribusi dan kerja sama dari semua ekosistem dan stakeholder di Tanah Air agar manfaat dari transformasi digital dapat dirasakan secara menyeluruh baik melalui kolaborasi maupun peningkatan kualitas pendidikan digital bagi SDM,” tutur Yusrin.
Meski demikian, Yusrin mengakui masih banyak tantangan yang harus dikerjakan untuk mewujudkan transformasi digital di Indonesia. Diantaranya, terkait infrastruktur. Yusrin mengungkapkan, masalah infrastruktur menjadi tantangan yang cukup berat, namun harus dituntaskan.
Yusrin mengungkapkan beberapa tantangan transformasi digital indonesia saat ini. Diantaranya. Pertama adalah sumber daya manusia. Tantangan transformasi digital ialah mengenai sumber daya manusia. Hal ini tentu menjadi PR bagi pemerintah.
“Tantangan ini memang tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Salah satu pemecahannya ialah pemerintah lagi-lagi harus bekerja sama dalam mengedukasi masyarakat dan mempersiapkan sistem pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman jika ingin memiliki daya saing yang baik dalam menghadapi ekonomi digital saat ini ,” ujar Yusrin.
Kedua adalah Ketersediaan akses internet yang mumpuni. Sama halnya dengan pembangunan sumber daya manusia, faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah mengenai infrastruktur. Dalam hal ini, yang menjadi poin penting adalah ketersediaan akses internet mumpuni di hampir seluruh wilayah. Sebab, akses internet inilah yang memengaruhi percepatan transformasi digital di Indonesia.
“Saat ini akses internet masih terpusat di pulau-pulau terbesar saja seperti Jawa, Sumatera, Bali, dan Nusa Tenggara. Sedangkan wilayah seperti Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua dinilai masih minim,” ungkap Ismail.
Ketiga adalah Regulasi. Regulasi dan dasar hukum yang perlu dirancang untuk mengikuti perkembangan zaman. Hukum klasik yang menyebutkan bahwa hukum selalu berjalan tertatih-tatih mengejar perkembangan zaman mungkin akan berlaku jika aturan main mengenai digital di Indonesia tidak ditangani dengan optimal.
“Pemerintah sigap membuat peraturan perundang-undangan yang mengatur jalannya perekonomian digital nasional. Begitu pula dengan lembaga-lembaga terkait. Ini semata-mata untuk melindungi hak-hak konsumen dan pelaku ekonomi digital agar dapat berjalan dengan baik di masa mendatang,” tegas Ismail.
Keempat adalah Cyber Security. Cyber security masih menjadi tantangan di Indonesia. Cyber Security kini makin penting berhubung makin banyaknya penggunaan komputer seperti desktop, laptop, smartphone, server, dan perangkat IoT (internet of things) serta penggunaan jaringan internet di Indonesia.
Indonesia memiliki arus transaksi online yang semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini akan menjadi celah baru bagi pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan penyerangan terhadap website pemerintah maupun perusahaan. Oleh karenanya, penting bagi pemerintah menciptakan sistem keamanan internet tingkat tinggi guna menjaga transaksi dan investasi ekonomi digital.
”Spesifik Indonesia, mengutip Microsoft, berdasarkan studi Frost & Sullivan yang dilakukan pada tahun 2018, potensi kerugian ekonomi di Indonesia yang diakibatkan oleh cyber attack yang berhasil bisa mencapai US$34,2 miliar. Besarnya nilai kerugian tersebut adalah lebih dari 3% PDB Indonesia pada tahun 2018,” ungkap Yusrin
Tantangan lainnya ialah persaingan pasar global. Berkembangnya e-commerce seolah menjadi keran masuknya produk-produk dari negara lain ke Indonesia dengan mudah. Misalnya saja membanjirnya produk-produk dari Cina, Singapura, maupun Jepang. Akibatnya, produk-produk lokal pun jika tidak berkembang akan tergerus oleh produk dari negara lain yang cenderung dijual dengan harga terjangkau.
“Saat ini masih minim produk dari UMKM yang masuk dalam ranah e-commerce. Di sinilah diperlukan adanya sinergi dari pihak pemerintah maupun swasta agar produk lokal ini dapat bersaing. Baik melalui pembinaan hingga bantuan inovasi supaya di masa mendatang produk lokal dapat menikmati keuntungan dari adanya investasi digital ekonomi Indonesia,” ungkapnya
Setidaknya tantangan transformasi digital di atas sangat relevan dihadapi oleh pemerintah. Semoga ke depannya tantangan-tantangan tersebut bisa segera teratasi agar Indonesia lebih siap menghadapi era industry 5.0.
"Ini tantangan kita bersama. Jelas ini tidak bisa diselesaikan pemerintah sendirian, tetapi menuntut kerjasama seluruh pemangku kepentingan. Transformasi digital, diyakini dapat membawa perubahan di segala bidang dan kualitas kehidupan secara signifikan,” tuturnya.
Penulis: Akbar Suyuti (Admin Kavita Media)
Комментарии