Saat ini industri berkembang sangat pesat. Baru saja kita mulai beradaptasi dengan industri 4.0 yang memanfaatkan Internet (IoT), data, dan artificial intelligence, serta kecerdasan buatan. Konsep industri 5.0 telah di siapkan oleh komisi negara negara eropa dan jepang.
Menyongsong revolusi Industri 5.0 mendorong berbagai negara di dunia untuk terus berinovasi dalam berbagai bidang. Melakukan inovasi dan mengikuti perkembangan yang ada memang tidak selalu mudah. Ada berbagai macam tantangan yang dihadapi melalui strategi-strategi yang terencana salah satunya adalah sumber daya manusia khususnya terkait bidang Teknologi Informasi Komputer.
Ketua Tim Kajian dan Riset Lembaga Studi Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan Indonesia (LSP3I) Pusat Makassar, Yusrin Ahmad Tosepu, mengatakan dengan perkembangan teknologi saat ini dan untuk menyongsong Revolusi Industri 5.0, peranan tenaga IT sangat diperlukan. Dalam revolusi tersebut, dibutuhkan praktis yang cakap di bidang kecerdasaan buatan, nano teknologi, engineering science, serta biomedical engineering.
“Ada ketidakselarasan antara kompetensi yang diajarkan di kampus dengan kebutuhan dunia kerja," ujar Yusrin Ahmad Tosepu dalam diskusi bertema “Tantangan Kerja di Era Industri 5.0” yang dilaksanakan di Sekretaria KDID Kavita,Media, Kamis, 2 September 2021.
Menurut Yusrin Ahmad Tosepu, perlu ada penyelarasan antara kebutuhan dunia kerja dengan kompetensi yang dimiliki sarjana IT Komputer. Selain itu, standardisasi juga harus terus dilakukan agar lulusan perguruan tinggi lebih bisa bersaing di dunia kerja.
Yusrin mengingatkan, kompetensi yang harus disiapkan untuk menunjang industri 5.0 adalah cara menyelesaikan masalah, menguasai Artificial Intelligence, dan kerjasama tim. Namum baginya, satu hal yang perlu dipahami adalah kesiapan sumber daya manusia dalam menghadapi tantangan era industri 5.0. “Semua tergantung kesiapan sumber daya manusia dalam menghadapi perkembangan disegala sektor dan bidang kehidupan,” tegasnya.
Terkait itu, pemerintah khususnya kementerian pendidikan dan perguruan tinggi terus berperan aktif dalam mendorong standardisasi lulusan sarjana IT komputer. Kata dia, saat ini perlu standardisasi nasional dan standardisasi internasional untuk lulusan TI yang ada di Indonesia.
Lebih lanjut, Yusrin Ahmad Tosepu menyampaikan bahwa dunia kerja akan berubah mengikuti secara keseluruhan seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Oleh karena itu semua pihak harus bisa mengantisipasi.
Dalam acara yang sama, Wakil Ketua Bidang Kajian Data dan Informasi Digital (KDID) Kavita Media, Alfian Ali, S.Kom. MT menekankan, untuk tetap bertahan dan berkembang di era industry 5.0 setiap individu, masyarakat maupun organisasi harus mulai memiliki pola pikir baru dalam beraktivitas. Pola pikir yang bisa mulai dimiliki dan digunakan adalah growth mindset.
Menurut Alfian Ali, jumlah pengguna layanan dan produk digital serta internet terus mengalami peningkatan, bisa dilihat faktanya dalam laporan riset Google e-Conomy SEA 2020. Dalam laporan risetnya, Google menyebut ada sekitar 40 juta pengguna produk atau layanan digital baru yang muncul di kawasan Asia Tenggara sejak 2020. Lebih dari 1 dari 3 pengguna layanan digital baru mulai memanfaatkan teknologi akibat pandemi.
“Uniknya, dari para pengguna teknologi digital baru tersebut, 94 persen di antaranya menyatakan akan terus melanjutkan pemakaian produk dan layanan digital pasca pandemi berakhir. Hasil riset ini menunjukkan bahwa perubahan, atau revolusi industri 5.0, terjadi lebih cepat karena didorong kondisi pandemi.” ujar Alfian.
Lebih lanjut, Alfian Ali menyampaikan bahwa agar tetap bertahan dan berkembang secara maksimal mengikuti perubahan cepat tersebut, setiap anggota masyarakat harus mulai memiliki pola pikir baru dalam beraktivitas. Pola pikir yang bisa mulai dimiliki dan digunakan adalah growth mindset.
Growth mindset diartikan sebagai pola pikir yang membuat seseorang bisa dengan cepat mengambil keputusan dan merespon dampak lanjutan dari kebijakan yang dikeluarkan. Pola pikir ini banyak dimiliki dan digunakan para pekerja di perusahaan teknologi.
“Jadi yang penting mengambil keputusan, dan cepat melihat dampak keputusan tersebut, kemudian mengambil langkah atas keputusan itu secara cepat juga. Growth mindset penting dimiliki baik oleh individu maupun organisasi, perusahaan, karena saat ini dan ke depan perubahan di dunia digital serta teknologi terjadi sangat cepat. Sehingga, penting bagi kita untuk selalu beradaptasi dan belajar, improve, baik untuk diri sendiri serta organisasi atau perusahaan,” ujar Alfian.
Orang atau organisasi atau perusahaan pemilik growth mindset tentu membutuhkan sarana serta prasarana demi mendukung ketepatan keputusan yang dikeluarkan. Salah satu teknologi yang bisa digunakan untuk mendukung terciptanya pola pikir ini adalah Big Data.
Melalui teknologi ini, individu, organisasi atau perusahaan bisa memanfaatkan berbagai data yang mereka miliki secara tepat guna. Ekstraksi nilai-nilai tersembunyi dari data yang berjumlah besar tersebut bermanfaat untuk menghasilkan insight yang meningkatkan profit dan produktifitas perusahaan.
“Dalam Big Data, data-datanya bisa diperoleh secara real time. Sehingga kecepatan (mendapatkan dan mengolah data) menjadi salah satu ciri dan membantu kita dalam membuat analisis secara cepat. Analisa yang cepat bisa membantu aksi atau tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan performa perusahaan,” ujar Alfian.
Teknologi big data kini sudah jamak digunakan berbagai perusahaan di dunia. Di Indonesia, layanan big data bisa digunakan oraganisasi pendidikan, bisnis maupun para pelaku usaha, pemerintah, atau organisasi masyarakat.
Melalui pemanfaatan big data secara tepat, ke depannya bukan tidak mungkin akan ada semakin banyak organisasi, perusahaan, pelaku usaha atau elemen masyarakat yang memiliki growth mindset. Kondisi tersebut tentu akan berdampak positif terhadap upaya Indonesia untuk berkembang di segala sector dan bidang kehidupan di masa depan.
Perubahan revolusi industri pasti terus terjadi seiring berjalannya waktu. Bisa kita lihat dari di temukannya industri 1.0 sampai revolusi industri sekarang di 4.0. Bahkan konsep industri 5.0 telah disiapkan.
"Lahirnya Industri 5.0 yang dapat diartikan sebagai suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Hal-hal yang kita kuasai sekarang tidak relevan lagi dengan kondisi nanti. Jadi, penting bagaimana kita mau dan bisa mempelajari skill-skill barubaik di level individu, organisasi maupun perusahaan,” kata Alfian
Penulis: Akbar Suyuti (Admin Kavita Media)
Comments